Masyarakat, yang korup mindanya.
Masyarakat itu korup mindanya.
Namun dari masyarakat itulah, kita mendengar pendapatnya.
Masyarakat yang mengakui khasiat dalam sayur dan buah-buahan, namun bila anak tidak mahu makan, diberi alternatif susu formula. Tidak pula diajar anak itu makan sayur. Masyarakat yang tahu makanan semulajadi itu baik. Namun masyarakat yang sama memilih untuk makan makanan pil. Salmon oil bagus, jadi kita makan pil salmon oil. Alfalfa bagus, jadi kita ambil pil alfalfa. Masyarakat fast food dan internet jalur lebar. Masyarakat yang mengejar rumah dan kereta, sehingga lupa indahnya gunung menghijau dan hutan rimba. Masyarakat yang tahu kebaikan bersenam namun tetap duduk melayan laman sosial. Masyarakat yang memilih menaiki lif dari mendaki tangga. Masyarakat yang sanggup menghidupkan enjin kereta
untuk destinasi yang hanya 5 minit perjalanan namun mengeluh dengan harga petrol yang naik 20 sen. Masyarakat yang marah pada harga kuih yang mahal dan penjual yang masam mencuka namun masih tetap membeli. Masyarakat yang mengguna iphone untuk masuk ke laman sosial hanya semata untuk menaik status hidup nya merana, stress, dan sengsara.
untuk destinasi yang hanya 5 minit perjalanan namun mengeluh dengan harga petrol yang naik 20 sen. Masyarakat yang marah pada harga kuih yang mahal dan penjual yang masam mencuka namun masih tetap membeli. Masyarakat yang mengguna iphone untuk masuk ke laman sosial hanya semata untuk menaik status hidup nya merana, stress, dan sengsara.
Masyarakat itu korup mindanya.
Namun dari masyarakat itulah, kita mendengar pendapatnya.
Masyarakat yang berkata kerja kerajaan itu bagus, mudah, dan senang. Namun masyarakat yang sama mengeluh, mencaci memaki majikan. Masyarakat yang mengakui kebebasan masa dan impian itu adalah kunci bahagia, namun masyarakat yang sama membiarkan diri dibelenggu, dan dipaksa melakukan kerja yang tidak disuka, dibawah arahan sang kuasa, dirantai dengan punch card dan buku KPI, dan masih berdiri di situ bertahun-tahun lamanya dengan alasan tiada pilihan....dan terus menerus merungut dan merungut dan merungut..... Namun masih disitu; kerana wages dan kemudahan pinjaman.
Masyarakat itu korup mindanya.
Namun dari masyarakat itulah, kita mendengar pendapatnya.
Masyarakat itu berimpian besar, inginkan kesenangan dan kebahagiaan. Namun masyarakat yang sama tidak tahu, apa definisi sebenar kebahagiaan, hanyut dalam ilusi dunia impian. Masyarakat yang menilai manusia dari besarnya kereta dan rumah. Sedangkan masyarakat yang sama juga tahu dalam diam, besarnya rumah dan kereta itu hanya bermakna besarnya hutang pada institusi kewangan. Masyarakat yang mengakui hutang itu tidak bagus. Namun masyarakat yang sama sanggup berhutang semata memenuhi persepsi bahagia (pada mereka), demi rumah dan kereta yang sebenarnya jauh dari kemampuan.
Masyarakat itu korup mindanya.
Namun dari masyarakat itulah, kita mendengar pendapatnya.
Masyarakat yang berkata pada si anak, kena dapat semua A, kena cemerlang UPSR, PMR, SPM. Kena masuk Universiti, kena CGPA 3 pointer. Namun masyarakat yang sama di dalam hati mengakui semua itu bukan jaminan peluang kerjaya. Masyarakat yang menyuruh-nyuruh anak muda menceburi itu ini, namun masyarakat yang sama tidak dapat memberi peluang kerjaya yang baik dalam bidang yang di cadang.
Masyarakat itu korup mindanya.
Namun dari masyarakat itulah, kita tetap mendengar pendapatnya.
Masyarakat yang berkata cantik itu subjektif dan semua warna itu indah. Namun masyarakat yang sama menjual produk memutihkan kulit (dan secara halus berkata hitam itu hodoh). Masyarakat yang berkata kecantikan asli itu yang terbaik. Namun masyarakat yang sama mengagumi kecantikan solekan selebriti dan hasil kerja plastik surgeri. Masyarakat yang berkata kecantikan hati itu paling utama. Namun masyarakat yang sama menilai manusia dari pandang pertama, melihat cantik buruknya baju, seluar dan selipar, memerhati jenama handbag dan walletnya.
Masyarakat itu korup mindanya.
Namun dari masyarakat itulah, kita mendengar pendapatnya.
Masyarakat yang jelik dengan korupsi dalam kepimpinan, namun tetap merasuah anak dengan aiskrim dan mainan. Bila nak masuk MRSM, tetap menunduk kepala pada saudara kabel orang dalam. Masyarakat yang benci janji palsu pemimpin, namun sering menungkiri janji pada si anak. Masyarakat itu yang inginkan diberi hak sama rata, namun masyarakat yang sama inginkan hak istimewa. Masyarakat yang berkata semua manusia itu sama. Namun masyarakat yang sama mengkelaskan manusia dengan panggilan orang melayu, cina dan india, si gemuk dan si pendek, si hitam dan si putih, islam, kapir, ahli syurga, ahli meraka. Masyarakat yang tidak menghormati agama sendiri, namun masyarakat yang sama mahu agamanya dihormati. Masyarakat yang membara amarahnya bila di tuduh, namun masyarakat yang sama sering menuduh.
Masyarakat itu korup mindanya.
Lalu mengapa dari masyarakat itu, kita masih mendengar pendapatnya?
Larilah dari dogma masyarakat. Kita tak perlu dipuji, tak pula mati dikeji.
Masyarakat itu korup jiwa dan mindanya
N. Hida Halim
21 mei 2015
Comments